Momentum Akhir Ramadhan- awal Syawal bagi kaum muslimin di Indonesia khususnya banyak yang mendatangi kubur para pendahulu. Baik yang berniat untuk melepas rindu, membersihkan kubur maupun mendoakan yang telah tiada. Tetapi hal tersebut seakan dikhususkan lebih lebih seakan diwajibkan pada akhir ramadhan atau awal syawal, hal mengkhususkan ataupun mewajibkan tentu saja tidak dibenarkan. Dahulu pernah ada larangan ziarah kubur diawal awal masuknya Islam, Ziarah kubur itu disyariatkan jika diniatkan untuk mengingat kematian dan juga merenungkan negeri akhirat. Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan dari sahabat Buraidah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
قَدْ كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ القُبُورِ، فَقَدْ أُذِنَ لِمُحَمَّدٍ فِي زِيَارَةِ قَبْرِ أُمِّهِ، فَزُورُوهَا فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ الآخِرَةَ
“ _Saya pernah melarang kalian berziarah kubur. Sekarang telah diizinkan untuk Muhammad menziarahi makam ibunya, maka berziarahlah, karena (berziarah kubur itu) dapat mengingatkan akhirat.”_ (HR. Tirmidzi no. 1054, dinilai sahih oleh Al-Albani).
Maka tidak ada kekhususan waktu untuk berziarah. Persoalan lain yang juga perlu diperhatikan terkait adab-adab ziarah kubur, banyak masyarakat yang belum mengerti betul. Adapun ada yang berbeda paham mengenai adab-adab berziarah kubur, hal ini dianggap wajar tetapi sebagai manusia pembelajar kita harus selalu memahami dan mempelajari adab-adab kubur sesuai sunnah nabi.
Ziarah kubur termasuk kesyirikan ketika peziarah berdoa meminta langsung kepada penghuni kubur, bukan kepada Allah Ta’ala. Ini termasuk syirik akbar yang bisa mengeluarkan seseorang dari Islam.
Terdapat banyak dalil dalam masalah ini, di antaranya firman Allah Ta’ala,
وَمَن يَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهاً آخَرَ لَا بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِندَ رَبِّهِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ
“ Dan barang siapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalil pun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung” (QS. Al-Mu’minuun: 117).
Pada intinya ziarah kubur bagi kita adalah untuk mengingat mati dan mendoakan yang mendahului kita agar diampuni dosa nya diluaskan kuburnya dan mendapatkan tempat yang terbaik di sisi Allah SWT. Kematian jelas ada nya:
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُم بِٱلشَّرِّ وَٱلْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Artinya: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan,” (QS Al-Anbiya: 35)
Cepat atau lambat, tua atau muda, siap atau tidak, kita akan kembali ke tempat yang sama yaitu kuburan. Tidak ada yang kita bawa, dan tidak ada seorang pun yang bersedia menemani kita. Sehingga bekal berupa amal yang terbaik lah yang akan terus bersama kita. Bersyukurlah kita masih diberi umur panjang, maka pergunakan lah dengan sebaik nya sisa umur kita untuk mempunyai bekal untuk kita di akhirat. Tentu momentum akhir Ramadhan 1444 H ini menjadi momen spesial bagi kita yang masih diberikan usia untuk terus menambah amal ibadah kita kepada Allah SWT.
catatan :
28 Ramadhan 1444 H
Ust.Mim Fadhli Rabbi.S.Sy.S.Pd
(Sekretaris Majelis Tarjih & Tajdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kalimantan Selatan)